Senin, 30 November 2015

Roland Barthes: Membedah Mistos-Mitos Budaya Massa




Judul : Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi
Penulis : Roland Barthes
Cetakan : Februari 2007
Tebal : 420  halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-61-5 
Harga: 83200
Nett: 70000
 
Deskripsi:
Buku ini memperlihatkan kepemurahan yang elok akan minat progresif Barthes terhadap makna (dia menyebutnya signifikasi) ihwal hampir segala sesuatu di sekitarnya, bukan hanya buku-buku dan lukisan seni tinggi, tetapi juga pelbagai slogan, hal-hal sepele, boneka, makanan, dan ritual pop (berlayar, striptease, makan, pertandingan gulat) dalam kehidupan kontemporer. (Edward W. Said) 
 
Inilah buku karya Roland Barthes yang paling banyak dibaca, yang memperlihatkan bahwa Barthes adalah analis yang paling jeli ihwal sosiopatologi kehidupan sehari-hari. Buku ini memiliki cakupan yang luas tentang berbagai praktik, peristiwa, dan objek budaya mulai dari foto, makanan di majalah hingga gagasan tentang serangan alien, dari gambar ikonik wajah Greta Garbo hingga cara bagaimana mobil, busa sabun, dan genre sastra diperjualbelikan kepada bublik dari liputan media tentang skandal tingkat tinggi hingga retorika politikus, dari ritual agama massa hingga dampak pameran seni pop, serta dari bahasa yang berseliweran di seputar peristiwa olahraga seperti Tour de France hingga refleksi puitis akan menara Eiffel. Dalam buku ini Barthes terus-menerus memainkan gagsasan alam/budaya (nature/culture) sebagai manifestasi perbedaan antara Universal/historis. Permasalahannya, keseluruhan mitologi budaya massa menyajikan wajah ideologis universalitas (kealamian) ketika sebenarnya mereka mempromosikan seperangkat gagasan historis/partikular.
Setelah membaca buku ini, Anda akan melihat kehidupan keseharian dalam suatu pemahaman baru. Barthes mengajari kita untuk tidak lagi melihat dunia dengan mata sang penerima pengakuan dosa, atau fisikawan, tetapi dengan mata manusia yang berjalan-jalan di kotanya tanpa horison apa pun selain tontonan semata di hadapannya, tanpa kekuasaan selain matanya sendiri. Dan, secara signifikan, ajaran yang dikemukakannya disuarakan secara unik karena bersifat sangat intim namun tidak pribadi, bertanggung jawab namun tidak suka mencampuri urusan orang lain, meyakinkan namun tidak menuduh. Barthes laksana Ariadne, sang putri Raja Minos dari Kreta yang memberi Theseus bola benang agar bisa keluar dari labirin setelah membunuh Monotaur. Boleh jadi benang yang Barthes berikan untuk menelesuri labirinan kota kita beserta kehidupan kesehariannya adalah paradoks yang tidak dapat kita harapkan dari pemikir lain, yaitu mengajak kita keluar dari labirin untuk kemudian masuk lebih dalam lagi. 
Need this book?
WA/sms/call: 085752135999
sms/call/line: 085729164325
e-mail: pinilihlinuwih@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar